Jokowi: Tax Ratio naik drastis bisa picu shock ekonomi

0
452

Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019). Debat kelima tersebut mengangkat tema Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi serta Perdagangan dan Industri. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.


KONTAN.CO.ID -JAKARTA. 
Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan target Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang ingin menaikkan rasio pajak (tax ratio) menjadi 16% dalam setahun.

Menurutnya, target tersebut berbahaya karena dapat memicu shock pada perekonomian dalam negeri, yaitu dana sebesar Rp 750 triliun ditarik dari masyarakat menjadi penerimaan pajak.

“Kalau dalam setahun naiknya drastis seperti itu akan terjadi shock ekonomi, yaitu 5% dari PDB kita ditarik menjadi pajak yaitu Rp 750 triliun,” kata Jokowi.

Adapun, Jokowi menyatakan, pemerintahannya akan berfokus menaikkan tax ratio secara bertahap (gradual). Caranya, dengan membangun basis pajak sebanyak-banyaknya.

“Dan itu sudah kita lakukan sejak Tax Amnesty di mana deklarasi sebesar Rp 4.800 triliun dan income yang kita dapat mencapai Rp 114 triliun pada tahun itu. Kita ingin tax base kita meningkat sehingga income negara makin banyak,” tandas Jokowi.

Menanggapi pernyataan tersebut, Prabowo bilang Presiden Jokowi salah menangkap maksudnya. “Pak Jokowi salah tangkap, bukan naik 16% per tahun,” pungkasnya.

Prabowo menyebut, harusnya ada usaha riil dari pemerintah untuk menaikkan penerimaan pajak yaitu dengan memanfaatkan teknologi informasi (IT) dan sistem yang transparan untuk mempercepat peningkatan pajak.

Namun, Prabowo setuju dengan strategi Jokowi untuk memperluas basis pajak. “Saya juga setuju, kami pun ingin melebarkan tax base agar tidak ada shock economy. Tapi kita juga harus berani mengejar mereka yang selama ini selalu menghindari membayar apa yang seharusnya dibayar,” tandas Prabowo