Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan dalam upaya pemulihan ekonomi nasional akibat dampak COVID-19, sinergi antara Indonesia dengan Korea Selatan semakin kuat.
Hal ini berkaca pada tahun 2019, saat perdagangan antar dua negara mencapai US$ 15,6 miliar dengan besi dan baja, kayu dan barang dari kayu, mesin dan peralatan listrik, serta barang jadi dan aksesoris pakaian jadi komoditi ekspor Indonesia ke Korea Selatan.
“Melalui Segye ASEAN Forum 2020 ini, kami yakin kedua negara dapat lebih meningkatkan kerja sama, khususnya di bidang bisnis dan sektor industri,” tutur Agus dalam keterangan tertulis, Senin (2/11/2020).
Hal tersebut disampaikan Agus dalam sambutannya secara virtual pada acara Segye ASEAN Forum 2020, Selasa (27/10) yang lalu.
Agus juga menilai Indonesia dan Korea Selatan selama ini telah menjadi mitra strategis dalam upaya pengembangan sektor manufaktur. Kerja sama komprehensif yang dijalin oleh kedua negara ini memiliki tujuan untuk memacu perekonomian yang saling menguntungkan.
“Selama bertahun-tahun, Indonesia dan Korea secara kontinyu memperkuat hubungan ekonominya,” kata Agus.
Gayung bersambut, sejumlah investor besar dari Negeri Ginseng seperti Samsung dan Posco telah menanamkan modalnya di Indonesia. Agus menilai langkah ini akan ikut memperdalam struktur manufaktur di dalam negeri yang berujung pada peningkatan daya saing.
Adapun investor lainnya seperti Hyundai, Lotte Chemical, dan LG Chemical tengah mempertimbangkan Indonesia menjadi negara tujuan utama dalam perluasan usaha.
“Merupakan suatu kebanggaan bagi Indonesia karena dipercaya sebagai rumah bagi perusahaan-perusahaan terkemuka untuk makin berkembang di masa depan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengeluarkan kebijakan strategis dalam mendukung kegiatan industri untuk terus berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat, guna membuka jalan bagi investor masuk di masa pandemi kali ini.
“Hal ini sesuai protokol kesehatan yang direkomendasikan WHO, sehingga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat,” ujar Agus.
Salah satunya dengan menerbitkan Izin Operasional Mobilitas dan Kegiatan Industri (IOMKI) yang sudah diterapkan selama beberapa bulan untuk membantu perekonomian Indonesia dengan harapan dapat rebound.
“Bahkan, kebijakan ini akan memastikan industri manufaktur tetap kompetitif di tengah pandemi COVID-19,” paparnya.
Di samping itu, Kemenperin telah mengusulkan berbagai stimulus untuk mebangkitkan kembali gairah sektor industri di tanah air, terutama yang terkena dampak pandemi COVID-19. Stimulus itu meliputi pelonggaran pajak impor, pajak penghasilan, restitusi pajak pertambahan nilai, serta tunjangan pajak penghasilan bagi perusahaan perseorangan.
“Kami sangat menyambut investasi di berbagai sektor industri. Khususnya industri substitusi impor, industri berorientasi ekspor, industri padat karya, dan industri produk berbasis teknologi tinggi,” sebut Agus.
Kemenperin pun memberikan apresiasi terhadap keterlibatan perusahaan farmasi Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan vaksin COVID-19 yang menunjukkan kemajuan luar biasa.
“Kami berharap kolaborasi ini tidak hanya membantu kedua negara dalam memerangi COVID-19, tetapi juga menciptakan kerja sama yang lebih kuat di masa depan,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Dody Widodo menyampaikan hingga saat ini Indonesia telah memiliki 114 kawasan industri dan berencana mengembangkan sebanyak 27 kawasan industri baru sampai akhir tahun 2024.
“Kami menyambut baik perusahaan Korea yang tertarik untuk mengembangkan kawasan industri di Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh perusahaan dari negara lain,” ungkapnya.
Dody menambahkan untuk menarik investor, pemerintah telah memberikan berbagai insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan super tax deduction.
“Pajak super hingga 300% ini untuk yang terlibat dalam kegiatan R&D, sedangkan pajak sebesar 200% untuk perusahaan yang turut terlibat dalam pengembangan vokasi,” jelasnya.
Ia juga mengatakan Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kualitas kebijakannya, termasuk yang terkait untuk mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan mendukung investasi. Apalagi, Indonesia memiliki posisi strategis sebagai pemimpin ekonomi ASEAN.
“Sebagai salah satu tujuan investasi dunia, Indonesia semakin dekat menjadi hub manufaktur ASEAN. Kami sedang bergerak untuk menjadikan salah satu basis produksi kawasan bagi produsen global,” kata Dody.